Ekspedisi Bengkenang, Info Sesat Gagalkan Kepulangan Tim

Ekspedisi Bengkenang 2020

MESKI Berhasil menorehkan cacatan fundamental dalam sejarah emas pengarungan Sungai Bengkenang, bukan berarti Ekspedisi Bengkenang terlaksana tanpa cela.

Dari sederet 'aib' tersebut, bad-ending paling fatal bisa saja terjadi kalau saat pengarungan etape kedua diburu malam, Benny Chaniago selaku ketua tim ekspedisi mengambil keputusan kurang cermat.

Beruntung, mahasiswa Fakultas Pariwisata sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta tersebut memutuskan seluruh anggota tim menginap darurat setelah berhasil melampaui kawasan hutan lebat di Bukit Patah.

Sisa bahan makanan seadanya, bahkan sebagian sudah tercampur air sungai, dan harus melalui malam beratapkan langit dengan seluruh pakaian basah menjadi opsi terbaik baginya kala itu.

Areal perkebunan jeruk tak terawat yang masih sangat jauh dari pemukiman warga tersebut menjadi saksi bisu bahwa Tim Ekspedisi Bengkenang yang diawaki pengurus inti IMO-Indonesia DPW Bengkulu dan anggota lulus Diklatsar Dayung Serunting pernah dibuat gila oleh arus liar di perhuluan Sungai Bengkenang.

Jadi wajar, kalau malam itu juga perkebunan tempat mereka menginap darurat ditetapkan sebagai Pos 3 Dayung Serunting (silahkan cek di google map).



Diterkam Harimau

Beberapa jam sebelum bermalam darurat atau tak begitu lama setelah meninggalkan Pos 2 Dayung Serunting (jembatan gantung Desa Suka Rami Kecamatan Air Nipis), sebagian anggota tim ekspedisi di perahu kedua tampak mulai kelelahan, apalagi dua anggota tim tamu yang belum pernah ditempa dengan latihan mendayung sebelumnya.

Bahkan beberapa orang sempat mengusulkan pengarungan dihentikan karena mulai turun hujan dan alur sungai makin tak dikenali. Usul itu auto ditolak saat perahu leader (paling depan) melewati begitu saja exit point terakhir di pertigaan entrance irigasi Geruntang, melaju ke arah Bukit Patah.

Pelepasan Tim Ekspedisi Bengkenang 2020 di Bendungan Batu Balai.

Saat itu, seluruh unsur komando tim berada di perahu leader. Sehingga para rafter di perahu kedua tidak banyak mengetahui alur sharring pendapat antara ketua tim ekspedisi dengan Ketua Umum Dayung Serunting yang juga Ketua IMO-Indonesia DPW Bengkulu, ditambah sesekali mengontak tim darat melalui telepon.

Informasi terhimpun saat survey darat (tahap persiapan ekspedisi) beberapa hari sebelumnya, waktu tempuh pengarungan dari entrance irigasi Geruntang ke Desa Muara Danau Kecamatan Seginim berkisar 2-3 jam (menurut pengalaman para pembalak liar di masa lalu yang mengangkut log dengan dihanyutkan). Sementara saat itu baru jam 14.15 WIB.

Keterangan akurat dari sumber lainnya memang tidak ada, karena ekspedisi ini adalah pengarungan menggunakan perahu karet perdana sepanjang sejarah di Sungai Bengkenang.

Seluruh personel di perahu leader (5 orang) berkontribusi mengevaluasi perkembangan real time pengarungan guna menentukan langkah selanjutnya, meski keputusan akhir tetap di tangan ketua tim.

Cek peralatan sambil selfie terakhir di start point sebelum memulai pengarungan.

Memasuki kawasan Bukit Patah, hujan reda dan arus sungai makin santun, terutama di bagian-bagian lubuk dalam. Tapi energi makin terkuras saat perahu harus digeret atau bahkan digotong beramai-ramai di beberapa badan sungai yang melebar (berdasar dangkal).

Saat langit mulai redup pertanda sebentar lagi malam menjelma, 11 pengarung tersebut berkumpul, berkoordinasi sembari menyantap beberapa potong snack pengusir lapar.

Ini momen paling menentukan keselamatan mereka ber-11, bertahan di tengah delta sungai sambil menunggu terjangan banjir yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu, atau menginap di pinggir hutan seraya menunggu kedatangan harimau sholeh yang bakal meminjamkan selimut dan kopi hangat, atau melanjutkan pengarungan ke exit point (Desa Muara Danau) dalam situasi gelap gulita dengan resiko sama fatalnya.

Keikutsertaan tiga gadis remaja dalam tim dan ketiadaan jaringan selluler untuk menghubungi orang tua ketiganya, turut mendorong keputusan tim memilih opsi ketiga, minimal hingga mencapai kawasan terjangkau jaringan selluler.

Pengamatan jalur sebelum memasuki Jeram Kandang Macan.

Jarum pendek jam analog sudah melampuai angka 6 (pukul 18.00 WIB), tim ekspedisi masih mendayung di antara beberapa puncak bukit batu berlumut yang menjadi ciri khas Bukit Patah.

Tak lama kemudian, penampakan pondok-pondok kebun tak berpenghuni di pinggir sungai terlihat sangat menggoda untuk disinggahi, tapi memburu area terjangkau jaringan selluler tetap mendorong mereka terus mendayung di tengah jarak pandang yang makin terbatas.

Sekian puluh menit berikutnya menjadi sesi terberat dalam ekspedisi pengarungan berdurasi total dua hari tersebut. Kedua perahu mulai sering gonta-ganti skeeper karena kemampuan menatap alur sungai di keremangan.

Saat perahu-perahu itu kian melambat dan puncak bukit terakhir dilalui, kepulan asap perapian di beberapa hamparan landai sedikit mengobati kegundahan.

Break di Bendungan Napal Cugok Desa Suka Rami.

Seorang pekebun yang tengah mencari ikan berhasil ditemui dan dari situ diketahui tim sudah memasuki wilayah hulu Desa Penandingan Kecamatan Air Nipis. Dua anggota tim mulai mengingat-ingat beberapa tempat yang pernah mereka kenali sebelumnya.

Telepon selluler juga sudah menunjukkan itikad baik, menampilkan log beberapa panggilan tak terjawab.

Pengarungan dihentikan menjelang jam 19.00 WIB. Di tengah kebun jeruk tak terawat dan tertutup rerimbunan belukar, mereka menemukan sebuah pondok kecil tak berpenghuni milik seseorang yang cukup dikenal.

Kapolsek Seginim Iptu Tamsir Hasan yang sejak awal ekspedisi ditugaskan Kapolres Bengkulu Selatan AKBP Deddy Nata SIK sebagai manajer tim pendukung dihubungi pertama kali, agar bisa meneruskan informasi positif kepada pihak keluarga tim inti.

Break di Pos 2 Dayung Serunting.

Kemudian, orang tua ketiga gadis anggota tim juga dihubungi langsung dari lokasi pendaratan.

Malam itu, hanya mereka bertiga yang bisa tidur sedikit nyenyak di atas pondok panggung. Para lelaki menghabiskan malam di pekarangan bersama 12 batalyon nyamuk, sebelum akhirnya diguyur hujan deras.

Pengarungan menuju exit point (Desa Muara Danau Kecamatan Seginim) dilanjutkan keesokan harinya dengan perut keroncongan.


-------------------------


Ekspedisi Bengkenang adalah giat wajib seluruh anggota lulus Diklatsar Dayung Serunting untuk mendapatkan nomor registrasi keanggotaan tetap.

Berkat data-data akurat yang terkumpul melalui ekspedisi perdana ini, kini para pengarung hanya butuh waktu setengah hari untuk menuntaskan trip Bendungan Balai Balai hingga Desa Muara Danau.

Kemping darurat di Pos 3 Dayung Serunting.

Dayung Serunting berdiri melalui Deklarasi Kawutan Serunting pada 19 September 2020 jam 16.00 WIB di Danau Kawutan Serunting IMO-Indonesia DPW Bengkulu, Polres Bengkulu Selatan, para pegiat pers, tokoh masyarakat dan perwakilan pemerintah desa, serta para pecinta alam.

Tiga pekan kemudian, atas support Perhimpunan Aranyacala (organisasi alumni mahasiswa pecinta alam) Universitas Trisakti, Polres Bengkulu Selatan dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkulu Selatan, Diklatsar pertama digelar.

Ekspedisi Bengkenang 2020 dilaksanakan pada penghujung Nopember, terbagi dalam segemen arung sungai dan arung jeram. Mengingat tingkat kesulitannya, arung sungai dilaksanakan terlebih dahulu, baru disusul arung jeram.

Arung sungai dimulai dari Desa Muara Danau Kecamatan Seginim (Pos 4 Dayung Serunting) hingga delta muara Sungai Bengkenang (Pos 7 Dayung Serunting) di Desa Tanjung Besar Kecamatan Manna.

Mengamankan perahu di Pos 3 Dayung Serunting.

Sementara arung jeram dimulai dari Bendungan Batu Balai Desa Sukarami Kecamata Air Nipis (Pos 1 Dayung Serunting) hingga Pos 4.

Selain bertujuan menempa mental dan fisik para anggota baru, Dayung Serunting mendedikasikan ekspedisi tahunan ini sebagai ajang promosi delapan destinasi wisata di sepanjang DAS Bengkenang. 


-------------------------


Segitu dulu pergunjingan kita soal Ekspedisi Bengkenang yang bakal melegenda di masa depan, meski belakangan mulai diklaim oknum tertentu sebagai karya pihak lain. Mungkin saking kerennya dan kurang tau bagian-bagian konyolnya, hahaha...

Kebetulan, Ibu Kos berkesempatan jadi saksi hidup di salah satu perahu pelaku. Jadi nulisnya yang natural-natural aja...

Buat para penghuni kos, dapat salam tuh dari anak-anak baru Dayung Serunting. Mereka ngajak plesiran ke Jeram Bengkenang.

Ada juga titipan salam buat Pak Ronny Nata dan Pak Rildano yang telah bersusah-payah melatih Dayung Serunting. Kemudian buat Pak Deddy Nata, Pak Tamsir Hasan yang telah bertubi-tubi 'rewel' ngasih wejangan.

Tak ketinggalan buat Pak Yulian Fauzi yang udah minjamin peralatan rafting selama ini, seberapun jumlah unit yang dibutuhkan.

Terima kasih kepada mereka semua, semoga bisa ketemu lagi di lain waktu.

Salam dari Ibu Kos yang djarang di rumah suka plesir..!

Bagian seru di Kandang Macan, skeeper bisa terbang mendahului perahu.


Komentar

Populer