Rehab Irigasi Tak Berujung, Pekolam Air Deras Makin Tercekik

Sosialisasi dan koordinasi prapelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi Air Nipis di halaman kantor Camat Seginim
Sosialisasi dan koordinasi prapelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi Air Nipis di halaman kantor Camat Seginim.


REHABILITASI Jaringan irigasi Air Nipis seakan tak berujung, hampir setiap tahun dianggarkan miliaran rupiah namun persoalan tak kunjung kelar.

Umumnya, persoalan kalangan petani masih  seputar kekurangan debet air yang dibutuhkan mengairi sekitar 3000 hektar sawah di Kecamatan Seginim.

Namun, sekitar 3-4 tahun terkhir muncul stigma negatif bagi para pekolam air deras yang berhembus kencang di kalangan petani.

Kolam air deras dijadikan momok perusak sistem irigasi, membuat aliran air dari bendungan menuju areal persawahan tidak lancar karena harus 'dipinjam' melintasi kolam terlebih dahulu.

Bahkan, kolam air deras pula yang dipersalahkan saat debet air di saluran irigasi berkurang, meski yang terjadi sesungguhnya adalah penyumbatan mercu bendung oleh sedimen material sungai dan sampah.

Belum diketahui pasti siapa pertama kali melempar gagasan brilian mengkambinghitamkan kolam air deras sebagai perusak sistem dan infrastruktur irigasi sawah di kawasan lumbung pangan tersebut.

Yang pasti, kini para pekolam air deras Seginim diposisikan layaknya penjahat pembangunan, sungguh terlalu.

Sementara itu, program alternatif pengganti komoditi usaha budidaya ikan nila menjadi patin dan sejenisnya yang tak butuh air berarus deras juga belum sanggup dioptimalkan membantu pekolam yang tengah jatuh terjerembab berguling-guling kemudian ditimpa tangga dimaksud.

Meminjam kalimat filsuf tersohor asal Bikini Bottom, Spongebob Squarepants, hambatan mencari nafkah bagi ratusan  pekolam air deras itu "sungguh, ironi di atas ironi."

Kemarin (Rabu, 2/3/2022) siang, IBU KOS sengaja menitipkan satu kuping di halaman kantor Camat Seginim yang kebetulan sedang ada acara spesial dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera VII Ditjen SDA Kementerian PUPR.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, para pria ganteng anak buah Menteri Basuki Hadimuljono itu mensosialisasikan proyek rehabilitasi jaringan irigasi kiri dan kanan Air Nipis yang akan segera dikerjakan rekanan mereka, dengan pagu anggaran Rp6,3 miliar.

Sambil menahan kantuk karena belum ditawari ngopi, puluhan kepala desa dan KP3A tetap mencoba menyimak materi sosialisasi itu.

Rasa kantuk itu buyar seketika saat salah satu pejabat BWS Sumatera VII menyebut semua kolam air deras di Kacamatan Seginim dan Air Nipis yang gunakan air dari irigasi yang mereka buat adalah tindakan ilegal.

Mendengar hal itu, IBU Kos pun tertarik menaruh satu kuping lagi dekat loudspeaker, agar tak ada satu huruf pun terlewatkan.

Pria tamvan maksimal itu bernama Hadi Buana, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Irigasi dan Rawa BWS Sumatera VII.

Menurut dia, sesuai peraturan berlaku, kolam menggunakan air dari irigasi harus seizin Kementerian PUPR. Sementara izin dimaksud belum pernah dikeluarkan untuk wilayah itu.

"Kalau nanti sudah ada izinnya, kita bisa atur sistem keluar masuk air ke kolam, jadi tidak merugikan petani," hiburnya.

Pembuatan saluran irigasi untuk mengairi sawah, bukan untuk kolam, kecuali mengikuti aturan yang telah ditetapkan.

"Kita carikan solusi agar kolam ikan bisa gunakan air ini juga. Urus dulu izinnya supaya nanti dapat diatur," imbuh Hadi.

Dia juga menyoal adanya berbagai sisi kebocoran saluran yang perlu dibenahi, kecuali kemungkinan kebocoran anggaran yang menurut IBU KOS mustahil sekali terjadi.

Pernyataan Hadi direspon positif dan negatif masyarakat setempat. Mereka menilai program BWS Sumatera VII sudah bagus, tapi jangan dibikin kendor oleh pernyataan-pernyataan yang seolah memojokkan salah satu pihak atau bahkan provokatif.

"Mestinya Balai bangga produk mereka berguna bagi masyarakat banyak (bukan hanya petani tanaman pangan-red)," kata Ichang Ho, Kamis (3/3/2022) siang.

Pengangguran asal Seginim ini menyarankan, sebaiknya BWS Sumatera VII mengiringi pengakuan manfaat luar biasa itu dengan peningkatan kualitas agar tidak sering rehab.

"Petani kita sudah cukup baik berusaha demi kebutuhan hidup masing-masing (tidak maling-red) malah diutak-atik dengan kewajiban izin mendapatkan air segala. Aneh (jangan cari kambing hitam-red) tutup Ichang.


--------------------------------


Segitu dulu rumpi kita hari ini, sekadar ngasih kode alam ke Gedung Putih Bengkulu Selatan, hehehe...

Mumpung awal bulan, bagi para anak kos yang kemarin ngaku kehilangan catatan nomor rekening IBU KOS, setoran kamarnya selipin di bawah pintu aja.

Salam hangat-hangat kuku (beruang) buat semuanya, dari IBU KOS Djarum Super yang Djarang di Rumah Suka Plesir...!


Komentar

Populer